Di era digital saat ini, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menjadi bagian integral dari proses pendidikan. Namun, tidak semua daerah memiliki akses yang memadai terhadap internet, terutama di daerah blank spot yang tidak terjangkau oleh sinyal telekomunikasi. Kondisi ini menimbulkan tantangan besar dalam penyampaian pendidikan yang merata dan berkualitas.
Moodle, sebagai salah satu Learning Management System (LMS) yang populer, menawarkan solusi melalui fitur offline-nya. Penggunaan Moodle berbasis offline memungkinkan siswa dan guru untuk mengunduh materi pembelajaran, tugas, dan aktivitas lainnya saat mereka memiliki akses internet, dan kemudian mengakses serta menyelesaikannya tanpa perlu koneksi internet.
Beberapa alasan utama penggunaan Moodle berbasis offline di daerah blank spot meliputi:
- Akses Pendidikan yang Merata: Dengan Moodle offline, siswa di daerah blank spot tetap dapat mengakses materi pembelajaran yang sama dengan siswa di daerah yang memiliki akses internet. Hal ini membantu mengurangi kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.
- Fleksibilitas dalam Pembelajaran: Siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja tanpa tergantung pada ketersediaan internet. Ini memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam proses belajar mengajar.
- Penghematan Biaya: Dengan mengunduh materi saat terhubung ke Wi-Fi, siswa dan guru dapat menghemat penggunaan data seluler yang sering kali mahal dan terbatas di daerah terpencil.
- Peningkatan Kualitas Pembelajaran: Moodle memungkinkan integrasi berbagai jenis konten pembelajaran seperti video, kuis, dan forum diskusi yang dapat diakses secara offline. Ini membantu meningkatkan kualitas dan interaktivitas pembelajaran.
- Sinkronisasi Otomatis (Khusus untuk yang memiliki domain): Setelah kembali online, semua aktivitas yang dilakukan saat offline akan otomatis disinkronkan dengan server Moodle, memastikan tidak ada data yang hilang dan semua informasi tetap terbarui.
Penggunaan Moodle berbasis offline di daerah blank spot tidak hanya membantu mengatasi keterbatasan akses internet, tetapi juga membuka peluang baru bagi siswa dan guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui teknologi yang lebih inklusif dan adaptif.
Pada tahun 2021 yang mana 60% sekolah yang berada jauh dari hirup pikuknya perkotaan di Halmahera Tengah (Halteng) masih berada pada zona Blank Spot atau daerah tanpa akses jaringan dan 30% berada pada zona lemah akses jaringannya, sehingga pada Penilaian akhir atau Ujian Akhir masih menggunakan kertas. Saat itu lah SMP Negeri 24 Halteng melakukan terobosan pertama di Halmahera tengah dengan menyelenggarakan Ujian Sekolah Berbasis Android (USBA) yang dikelola melalui server lokal atau localhost dari Komputer atau leptop sebagai servernnya.